Desa Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang, Secara geografis dikelilingi oleh perairan. Bagian utara berbatasan langsung dengan laut Jawa. Pada sisi timur dibatasi dengan Banjir Kanal Timur dan Sungai Banger. Sedangkan di sisi barat dibatasi oleh Sungai Mati (buntu). Data topografi desa memperlihatkan dari 52,8 Ha luas wilayah Tambakrejo, sekitar 20 Ha adalah kawasan permukiman dan sisanya merupakan kawasan perairan seperti sungai dan tambak.
Tak mengherankan, jika banjir rob merupakan hal yang biasa bagi desa tersebut dan hampir setiap hari mereka alami. Data Bappeda Kota Semarang, abrasi air laut dari tahun 2005 hingga 2009 sudah menggerus lahan tambak sejauh 652,7 m. Penghijauan kawasan pesisir menjadi salah satu alternatif pilihan untuk menanggulangi permasalahan rob dan abrasi pantai tersebut.
Mangrove sebagai tanaman pasang surut merupakan komoditas utama dalam penghijauan kawasan pesisir. Tanaman mangrove mampu hidup dalam kadar garam tinggi sehingga cocok hidup di kawasan pesisir sebagai sabuk pantai untuk menahan gelombang dan intrusi air laut. Selain itu, ekosistem mangrove berfungsi sebagai sumber keanekaragaman hayati biota akuatik dan non akuatik seperti burung, ular, kelelawar, anggrek. Secara ekonomi, berfungsi sebagai tempat mencari nafkah, sumber bahan bakar, dan bahan bangunan serta bahan tekstil, makanan dan obat-obatan.
Beruntung kesadaran masyarakat nelayan terhadap pentingnya penghijuan masih tinggi. Juraimi contohnya, Pria yang lahir di Tambakrejo ini merupakan salah satu penggiat penghijauan. Sejak tahun 2011, ia bersama kelompok Camar melakukan Penanaman mangrove di Tambakrejo.
Kelompok Camar adalah kelompok cinta lingkungan, yang dibentuk sebagai hasil binaan program CSR PT Pertamina (Persero) dengan Universitas Negeri Semarang. Beranggotakan 11 orang nelayan tulen, kelompok ini bertanggung jawab menjadikan lahan konservasi menjadi hijau seperti sedia kala. “Kami bertanggung jawab menjadikan lahan konservasi yang dititipkan menjadi hijau seperti dahulu kala saat saya masih kecil, ” ujar Juraimi.
Kegiatan Camar awalnya adalah melakukan penanaman mangrove pada saat launching Desa Binaan di bulan Februari 2011. Bermodalkan 2.000 bibit mangrove yang ditanam, kemudian dengan inisiatif sendiri dibuatlah daerah pembibitan mangrove agar dalam penanaman selanjutnya kelompok Camar tidak harus mencari bibit lagi.
Lahan pembibitan seluas 4x40 m persegi dengan daya tampung lebih kurang 40.000 bibit ini telah berhasil memasarkan bibit tidak hanya kepada PT Pertamina (persero) melainkan kepada instansi lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar